PONOROGO (Jatimnesia.com)- Miris, mungkin kata yang layak jika kami menggambarkan proses pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN 2 Karangpatihan Kecamatan Pulung. Kondisi sekolah yang usang sangat mengancam siswa -siswi yang belajar ditempat ini.
Hampir seluruh bangunan kelas serta gedung perpustakaan yang berjumlah 9 bangunan mengalami kerusakan ringan dan berat. Mulai dari tembok bangunan yang retak, plafon yang terlepas, hingga atap ruang kelas yang nyaris roboh. Pihak sekolahpun hanya bisa memasang peyangga bambu guna mencegah atap ambruk.
Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 2 Karangpatihan Kecamatan Pulung Achmad Kumaidi mengatakan, kerusakan bangunan paling parah terjadi di ruang kelas 1 dan kelas 3 serta perpustakaan. Bahkan, akibat atap yang nyaris ambruk ruang kelas 1 terpaksa dikosongkan, dan ruang belajar siswa dialihkan ke ruang UKS yang sempit.
” Hampir menyeluruh, mulai dari bangunan paling timur dan barat rusak semua. Yang paling parah Perpustakaan, Kelas tiga dan kelas satu. Bahkan untuk ruang kelas satu sudah tidak bisa dipakai untuk belajar, saya tidak berani, siswa dipindah ke ruang UKS. Kelasnya untuk menyimpan barang bekas. Takut ambruk sewaktu-waktu,” kata Achmad Kumaidi, Senin (17/1).
Tidak hanya kondisi atap yang nyaris ambruk. Ketika hujan turun para siswa harus belajar ditengah guyuran hujan akibat atap yang bocor. Menurut Kepala sekolah kerusakan ini dipicu pergerakan pada bagian pondasi sekolah yang membuat semua bangunan sekolah rusak.
” Seperti kelas empat itu, kalau hujan kayak banjir. Rusaknya karena pondasi bergerak. Kalau pondasi bergerak otomatis dinding retak semua. ” ungkap Achmad Kumaidi.
Achmad mengungkapkan, kerusakan ini terjadi jauh sebelum ia menjadi kepala sekolah pada 2019 lalu, bahkan menurut informasi yang dirinya terima kerusakan bangunan sekolah dengan murid 82 siswa ini, telah terjadi sejak 2002 lalu, dan hingga kini belum ada perbaikan.
” Secara lisan saat rapat tingkat Kecamatan yang juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan sudah saya usulkan. Lalu pada 2019 lalu saya juga sudah melangkah dengan proposal tapi tidak membuahkan hasil. Harapan saya semoga segera diperbaiki, karena ini kaitannya dengan keselamatan anak-anak kami,” harapnya.
Sementara itu, Nicole Adi Pratama siswa kelas 6 mengaku takut dan was-was belajar dikelas. Pasalnya, atap bangunan yang usang bisa ambruk sewaktu-waktu. ” Takut dan was-was, kalau atapnya ambruk saat kita belajar dibawahnya. Nggak nyaman juga kalau hujan datang kelasnya banjir, kita berhenti belajar dan membersihkan kelas dulu karena banyak air,” ujarnya.