MAGETAN [ Jatimnesia.com] – Sepekan pelaksanaan Kampanye Calon Bupati dan Wakil Bupati Magetan periode 2024-2029, Penjabat (Pj) Bupati Magetan Nizhamul mengaku belum menerima laporan ketidaknetralan Aparatur Sipil Negara (ASN) dilingkup Pemkab Magetan, Kamis (3/10).
” Satu minggu kampanye ini tidak ada, belum ada laporan, masih kondusif, ” kata Nizhamul, Kamis (3/10).
Pj Bupati memastikan pihakya akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, apabila ada temuan ASN tidak netral maka akan langsung dilakukan penindakan.
” Tentunya kami akan menerima nanti, khan sudah ada tim-tim dari Bawaslu. Ketika nanti ada ASN yang tidak netral laporkan segera dengan bukti-bukti yang kuat, ” ungkapnya Nizhamul kepada jatimnesia.
Sejumlah sanksi akan diterapkan kepada ASN tidak netral mulai dari hukuman ringan hingga berat. ” Kalau berat itu ya sudah diberhentikan dia dan dipidanakan, ” pungkas Pj Bupati Magetan.
Sebagai informasi, berdasarkan Undang – Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014, Pasal 2 huruf (f) tentang ASN jelas tertera, asas, prinsip, nilai dasar, kode etik, dan kode perilaku penyelenggaraan kebijakan, manajemen ASN salah satunya berdasarkan asas netralitas.
Pasal 280 ayat (2) UU 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, selain ASN, pimpinan Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi sampai perangkat desa dan kelurahan dilarang diikutsertakan dalam kegiatan kampanye. Jika pihak-pihak disebutkan tetap diikutsertakan dalam kampanye, maka akan dikenakan sanksi pidana kurungan dan denda.
Sanksi tersebut tertuang, dalam Pasal 494 UU 7 tahun 2017 yang menyebutkan, setiap ASN, anggota TNI dan Polri, kepala desa, perangkat desa, dan/atau anggota badan permusyawaratan desa yang terlibat sebagai pelaksana atau tim kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 ayat (3) dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu tahun dan denda paling banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Kemudian, terbitnya PP Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil telah memberikan dukungan dalam penegakan netralitas PNS. PP Nomor 94 Tahun 2021 mengatur lebih rinci larangan bagi PNS terkait netralitas dalam pemilu dan pemilihan yang sebelumnya tidak diatur dalam PP Nomor 53 Tahun 2010.
Dalam ketentuan Pasal 5 huruf (n) PP Nomor 94/2021 disebutkan ASN dilarang memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon anggota DPR, calon anggota DPD, atau calon anggota DPRD dengan cara: 1). Ikut kampanye; 2). Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS; 3). Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; 4). Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara; 5). Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye; 6). Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat; dan/atau 7). Memberikan surat dukungan disertai fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk.
Terhadap pelanggaran netralitas ASN tersebut diatas, dapat dikenakan hukuman disiplin berat sebagaimana ketentuan pasal 8 ayat 4 PP Nomor 94 tahun 2021 berupa a). Penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 (dua belas) bulan; b). pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama 12 (dua belas) bulan; dan c. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS.
Penulis : Joko Nugroho